renungan Gede Prama II

renungan Gede Prama II

~MELEDAKKAN KEMELEKATAN
Berbuat, lepas, ikhlas’.
Biarkan terbuka, masuki gerbang kebebasan.
Ketidakmelekatan serta kebebasan adalah dua sayap yang membuat jiwa terbang.
Keindahan adalah hasil ikutan ditemukannya kebenaran serta dipraktekkannya kesadaran.
Di samping itu, keindahan adalah ibunya kebersatuan.
Meledakkan kemelekatan menghasilkan keindahan.
~MENYENTUH KEDAMAIAN
Persahabatan, pengertian, kesabaran, kebaikan adalah ciri-ciri tempat penuh kedamaian.
Kahlil Gibran : keseharian adalah tempat ibadah yang sebenarnya.
Sebelum kita bebas dari penghakiman, maka kata-kata kita hanya barang tiruan hambar yang tidak bergetar.
Kedamaian yang berlawankan kesedihan memang menghilang, ia digantikan batin tenang seimbang yang keluar dari segala dualitas.
Sebagian orang-orang tercerahkan cara bernafasnya berbeda. Ketika menarik nafas, ia bayangkan sedang menarik masuk semua kekotoran. Tatkala menghembuskan nafas, ia bayangkan sedang membuang semua hal yang bersih dan jernih.
~MENYINGKAP KEINDAHAN BENCANA
Berduka, bersedih, tersentuh oleh penderitaan sesama tentu salah satu tanda pertumbuhan jiwa.
Dan melalui hentakan-kentakan bencana, manusia sedang diingatkan, seberapa kuat pun keinginan mencengkeram, kehidupan tetap harus berputar.
Kebahagiaan jadi lebih indah kalau pernah melewati kesedihan. Kehidupan bermakna amat dalam karena ada kematian. Kesuksesan berakarkan rasa syukur yang mendalam, kalau pernah dibanting kegagalan.
Siapa saja yang bisa melihat keindahan dalam setiap unsur dualitas (bahagia-bencana, untung-rugi, suci-kotor, dipuji-dicaci) dia berada di depan gerbang pencerahan, kemudian hatinya bernyanyi: ”semuanya indah!”.
Tidak ada hal positif yang perlu diterima, tidak ada hal negatif yang perlu ditolak.
~AMERIKA, OBAMA, DAN MASA DEPAN PERADABAN
Perbedaan yang selama ini digunakan sebagai jurang yang memisahkan sekaligus menakutkan, di tangan pemimpin visioner seperti Obama, mulai digunakan sebagai jembatan yang menyatukan.
Apa pun yang kita lakukan (mencintai-membenci, menyayangi-mencaci) akan balik ke diri ini dalam wujud yang sama.
Ia yang menghormati agama orang, sesungguhnya sedang menyucikan agamanya sendiri. Ia yang menghina agama orang, sebenarnya sedang mencaci agamanya sendiri’.
~UKURAN PENCAPAIAN SPIRITUAL
Dalam tingkatan rendah, pencapaian spiritual terlihat dari tidak tertariknya Anda pada kejahatan.
Dalam tingkatan sedang, Anda mulai lapar untuk berbuat baik.
Dalam tingkatan tinggi, Anda sadar melampaui baik-buruk.
Semuanya memang datang dari tempat yang sama. Namun bukan berarti boleh berbuat jahat dan melecehkan yang berbuat baik. Sekali lagi bukan! Teruslah berbuat baik, hindari benci berlebihan pada orang jahat. Belajar tersenyum tulus pada semuanya.
~COMPASSIONATE HEALS
Pada akhirnya, kita adalah penyembuh terbaik bagi diri kita sendiri. Kekuatan lain yang datang dari luar hanyalah pendukung saja.
Sumber penyembuhan yang berlimpah yang tersedia di dalam adalah bibit-bibit welas asih (the seed of compassion) yang kita terima dari kehidupan.
kejadian bisa memberikan pupuk pada bibit-bibit welas asih, bisa juga menghancurkannya. Tergantung seberapa positif cara berpikir kita.
If you want to be happy, practice compassion. If you want others to be happy, practice compassion (welas asih, itulah obat kebahagiaan baik bagi Anda maupun orang lain).
~MEMBANGUNKAN KEKUATAN KEBAIKAN
Dari sekian energi yang tersedia di dalam diri yang bisa digunakan sebagai tempat berteduh adalah energi untuk saling menyayangi.
Tatkala bangun di pagi hari, ingatlah yang terbuka tidak hanya mata biologi, tetapi juga “mata kesadaran”, sehingga selama terjaga kita juga dibimbing oleh mata kesadaran.
Ia yang melihat secara mendalam, akan mulai belajar tidak serakah berlebihan pada hal positif (senang, baik, bahagia), sekaligus tidak marah berlebihan pada hal negatif (kemarahan, kebencian, cacian, makian orang lain). Karena kehidupan sekaligus bahan-bahan kita adalah kombinasi positif-negatif.
Waktu terpenting adalah sekarang. Manusia terpenting adalah yang berada di sebelah Anda.
Hal yang terpenting untuk dilakukan adalah mempraktekkan welas asih untuk orang di sebelah Anda.
~MENCARI GURU
Ia yang kesehariannya sudah bersih akan seperti magnet (baca : murid yang sudah siap) yang mengundang datangnya logam (baca : guru). Makanya ada ungkapan ‘when the student is ready, the teacher will appear’. Tatkala muridnya siap, gurunya datang!
Untuk itu siapkan diri sejak awal untuk membersihkan batin.
Bila mau 10 hal yang harus dihindari: Tiga ada di badan (membunuh, mencuri, selingkuh/ seks menyimpang); tiga ada di pikiran (kebodohan/ ketidaktahuan, kemarahan/ kebencian, keserakahan); empat ada di mulut (gosip, kata-kata kasar, fitnah, bohong).
~RENUNGAN AWAL PEKAN
Begitu sebuah tahun berlalu, kebanyakan bertanya : “Seberapa tua saya sekarang?”.
Jarang yang bertanya : “Seberapa bijaksana / sejuk / teduh saya sekarang?”.
Agama-agama banyak yang berbeda, tapi dalam hal niat untuk membersihkan diri dari kemarahan, kebencian, iri dan kekotoran-kekotoran batin lain, agama-agama serupa. Untuk itulah, saya titipkan pada seluruh sahabat Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Konghuchu, dll untuk menjaga kebersihan batin masing-masing. Dalam batin yang bersih inilah kita bisa berjumpa wajah agama yang indah.
~RENUNGAN AWAL TAHUN
Agama adalah kemulyaan untuk memperbaiki diri.
banyak guru yang mencoba menemukan cahaya di balik duka cita. Dan ternyata, duka cita tidak seburuk dibayangkan kebanyakan orang.
Cara pandang seperti ini diperlukan, sebab bila judulnya “musuh” maka yang muncul di dalam sini adalah kemarahan. Bila judulnya ‘duka cita’ maka yang muncul di dalam sini adalah welas asih.
Dan pintu pemahaman seperti ini muncul bila manusia tekun/sujud/tulus di depan kehidupan, tidak buru-buru dibawa lari oleh kemarahan. Dalam bahasa orang-orang sufi, tidak ada kebetulan, hanya bimbingan-bimbingan.
~RENUNGAN MINGGU
Lentur mengikuti aliran air. Ke laut bukan menjadi tujuan, justru perjalanan itu sendirilah tujuannya.
Ikhlas bisa berarti berhenti berusaha mengerti. Dan tetap aman, nyaman bahkan ketika tidak tahu.
Ketika kita belajar bersabar dan mendengar, kita tidak saja sedang membuat orang lain bahagia, kita juga sedang membuka lapisan-lapisan diri ini yang lebih mulia.
Dalam kebebasan dari dualitas, cinta tidak punya hantu masa lalu dan setan masa depan, yang ada hanya masa kini yang abadi.
Bagi pejalan kaki ke dalam diri, tidak saja cahaya terang yang membimbing, bahkan kegelapan pun hanya simbol kedalaman.
Suka-duka, tangisan-senyuman, sukses-gagal, hanyalah aliran kehidupan yang datang dengan pesannya masing-masing.
Keagungan dan kesempurnaan juga bisa ditemukan di puncak gunung yang ada di dalam diri.
Ketika marah, benci, dendam berhasil diolah menjadi cahaya-cahaya menerangi, bukankah kita tidak lagi perlu mewariskan kebencian pada generasi-generasi berikutnya?
Kesedihan dan kebahagiaan adalah permainan bagi jiwa yang sedang bertumbuh jadi dewasa. Bagi jiwa yang sudah dewasa tahu kalau keduanya bersifat sama: tidak pasti, datang dan pergi.
Bertemu orang marah adalah kesempatan untuk membuat yang bersangkutan kagum akan kesabaran kita.
Bagi orang kebanyakan luka itu mematikan. Hanya bagi manusia mengagumkan luka itu mempersehat jiwa.
Kebahagiaan adalah apa yang terjadi di dalam diri ketika membuat orang lain bahagia.
Baik terlihat karena ada buruk. Sukses menyala karena gelapnya kegagalan. Naik indah kalau pernah turun. Kesucian bergetar karena keluar dari kekotoran.
Pendidikan terbaik hanya membuka sebagian pintu kebahagiaan. Sikap hidup terbaik, ia membuka semua pintu kebahagiaan.
Sehat adalah waktu untuk bersyukur pada kehidupan, sakit adalah momentum untuk memurnikan jiwa.
Tidak mungkin mendalami kehidupan tanpa mendalami kematian. Ia mirip mau mengerti siang tanpa mau mengerti malam. Mau tahu rasa manisnya sukses tanpa tahu bagaimana pahitnya gagal.
~INNER SCIENCE TRANSFORMATION
1.Aspiration
Dari segi aspiration, semua sahabat yang sudah datang berkunjung ke sini (apalagi berkomentar) punya aspirasi untuk berubah.
2.Habituation
Habit (kebiasaan) spiritual seperti sembahyang, meditasi, berbuat baik, berhenti marah/ menyakiti dan lain-lain. Ia memerlukan waktu agar membadan dalam keseharian.
3.Commitment
Proses pembadanan kebiasaan baru penuh godaan, tantangan, cobaan. Kita memerlukan komitmen untuk tidak mudah kembali ke titik semula. Di sinilah diperlukan komitmen kuat. Keteguhan untuk terus melangkah ke depan.
4.Consistency
Seperti menetesi batu dengan air, bila terus menerus menetesi bagian batu yang sama, bahkan batu pun bisa dibikin berlobang oleh air. Inilah kekuatan konsistensi.
a. Memandang seperti langit (tanpa batas, luas, memayungi semua).
b. Melangkah seperti gunung (tekun, kokoh, teguh).
c. Mengalir seperti gelombang. Gelombang mana pun bila menyentuh pantai (baca: kematian) akan merunduk rendah hati di depan kehidupan.
~SALON YANG MEMPERCANTIK JIWA
Empat pertumbuhan jiwa:
Pertama mereka yang menjadi pedagang kehidupan dan pedagang doa. Jangankan dengan Tuhan, dengan siapa saja ia berdagang. Kalau permohonan tercapai maka Tuhan berwajah baik, kalau tidak dipenuhi apa lagi dihadang bencana maka Tuhan disebut marah.
Kelompok kedua adalah pencinta tingkat remaja. Ciri kelompok ini adalah rasa memiliki yang tinggi. Tidak boleh ada orang lain, hanya dia yang boleh dekat dan dicintai Tuhan. Cinta bagi kelompok ini, tidak ada pilihan lain kecuali menyayangi, memaafkan, membebaskan. Tidak dibolehkan. ada ekspresi dari cinta Tuhan selain menyayangi, memaafkan dan membebaskan.
Kelompok ketiga adalah pencinta tingkat dewasa. Cinta tidak lagi diikuti kebencian. Cinta adalah cinta. Ia tidak berlawankan kebencian. Lebih dari itu, berbeda dengan kelompok kedua yang menempatkan dicintai lebih indah dibandingkan dengan mencintai, pada tingkat ini terbalik: mencintai lebih indah dibandingkan dicintai.
Kelompok keempat adalah jiwa yang tidak lagi mencari apa-apa.
Namun karena melalui rasa berkecukupan, ikhlas dan syukur yang mendalam kemudian dibimbing, kalau semuanya sudah sempurna.
Sehingga dalam jiwa-jiwa yang sudah sampai di sini, tidak ada kamus bencana. Apapun yang terjadi diberi judul sama: sempurna!.
~SEMUA SEDANG TERBAKAR
Semua jiwa yang sejuk dan teduh, tidak bernafsu terlalu besar merubah lingkungan, namun demikian teguhnya merubah bensin di dalam yang mudah terbakar menjadi air yang sejuk.
Semuanya menyejukkan karena terlihat alami.
Love all serve all.
ketika kita belajar bersabar dan mendengar, kita tidak saja sedang membuat orang lain bahagia, kita juga sedang membuka lapisan-lapisan diri ini yang lebih mulya.
~SEPI SUNYI YANG MENERANGI
Pencinta kesunyian menyukai bertumbuh ke dalam. Kekaguman dan pujian orang malah dihindari karena penuh dengan godaan ego.
Kesadaran yang maha utama itulah gurunya.
0rang-orang yang sudah disinari cahaya kesadaran, ia akan bergumam pelan: untuk melihat bulan tidak memerlukan lampu!.
Batin yang tenang-seimbang adalah sumber keindahan.
Bila sumber kebahagiaan/kesedihan masih dari luar, itu tandanya seseorang belum menjadi master, ia masih jadi budak.
Kearifan datang dari keheningan.
Pengetahuan diri dalam keheningan membuka rangkaian keheningan yang berujung pada Tuhan.
Kata-kata, logika serupa tongkat, berguna  bagi mereka yang kakinya bermasalah. Bagi jiwa yang kakinya sehat, tongkat hanyalah beban. Lebih-lebih jiwa yang bisa terbang, tongkat adalah beban berat.
~SHANTI, SHANTI, SHANTI
Bagi jiwa yang biasa menyatu dengan kealamian alam semesta, akan mengerti kalau ada kesempurnaan dalam kealamian.
Siapa yang bisa mengalir sempurna dengan kealamian ini, ia sudah menjadi kesempurnaan itu sendiri.
Kahlil Gibran mengagumi pohon, karena ia perlambang pertapa yang berjalan mendekati cahaya dalam diam dan keikhlasan sempurna.
Kepasrahan total seperti ini lebih mungkin terjadi tatkala tidak ada lagi keinginan, tidak ada lagi masa lalu yang disesali, tidak ada lagi masa depan yang ditakuti.
Ketika hanya ketiaadan menghuni batin, hidup berputar hanya untuk memberi, karena pemberian itulah pembebasan.
Semoga shanti menyinari semua kegelapan (kebingungan, kebencian, keserakahan) dari Bali.
~TAMAN KEDAMAIAN INDAH MENAWAN
Singa kerap digunakan simbol pencerahan karena diam tenang tidak menakuti apa-apa. Termasuk tidak menakuti kematian.
Kemampuan untuk menderita secara tidak terbatas.
Penekun-penekun meditasi memusatkan seluruh perhatiannya pada semesta di dalam diri.
Apa pun yang terjadi, semuanya dilihat dengan penuh kesadaran.
Orang jahat mengundang musibahnya sendiri, orang baik menarik berkahnya sendiri’.
Rumah kedamaian sesungguhnya adalah tempat di mana semuanya diterima dengan senyuman. Semuanya sudah ada hukumnya.
Tatkala semuanya bermandikan senyuman, kesadaran  kemudian membimbing manusia menjumpai taman kedamaian indah menawan. Bukannya serba membahagiakan, namun serba senyuman.
renungan Gede Prama II Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown